Percepat Swasembada Bawang Putih, Ini Langkah Nyata Kementan
Jakarta, (Suryamojo.com) – Kementerian Pertanian memberi perhatian lebih untuk komoditas strategis, termasuk bawang putih. Selama ini, meski merupakan bahan makanan pokok yang akrab di masyarakat, bawang putih langganan impor dan sering memberikan sumbangan pada inflasi setiap jelang hari raya. Sejumlah langkah sudah dikembangkan untuk mewujudkan percepatan swasembada bawang putih.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada beberapa kesempatan akan menjadikan Jagung sebagai role model dalam pengembangan bawang putih. “Indonesia pernah impor jagung 3,6 juta ton, dengan nilai 12 triliun. Sekarang, kita sudah balikkan menjadi ekspor ke Filipina dan Malaysia, langsung dari Gorontalo, Makassar dan Sumbawa,” kata Amran.
Amran tidak sedang berkhayal soal percepatan bawang swasembada putih, Sebab, sentra baru pengembangan bawang putih seluas 116 hektare di Kabupaten Banyuwangi berhasil panen perdana pada pertengahan Maret lalu. Padahal, kawasan di lereng gunung Ijen itu sebelumnya hanyalah hamparan hutan yang tidak produktif.
Banyuwangi adalah cerita sukses bagaimana Peraturan Pertanian Nomor 38 tahun 2017 dijalankan dengan baik. Terobosan kebijakan itu berisi kewajiban pelaku usaha untuk menanam dan menghasilkan bawang putih sebanyak 5% dari volume permohonan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).
Kawasan diujung timur jawa itu juga merupakan salah satu dari upaya pemerintah untuk membuka lahan untuk produksi bawang putih. Hasil perhitungan Kementerian Pertanian, untuk mencapai swasembada dibutuhkan lahan seluas 73 ribu hektar, dengan target produksi 600.000 ton. “Kita tahu, tahun 2014 lahan bawang putih hanya seribu hektar lebih. Tahun 2018, insyaallah sudah 15 ribu hektar. Naik sekitar seribu persen. Tahun depan diharapkan bisa 45 ribu. Tahun 2021 paling lambat sudah bisa swasembada bawang,” tambahnya.
Senada dengan itu, Prihasto Setyanto Direktur Sayuran, Direktorat Jenderal Holtikultura Kementan menyatakan bahwa memang saat ini fokus dari Kementerian Pertanian untuk bawang putih di tahun 2017 sampai dengan saat ini mulai menunjukkan hasil nyata. Pertanaman di sejumlah daerah seperti Temanggung, Karanganyar, Lombok Timur, Karo, Kota Batu, Banyuwangi, Lombok Timur dan Bima diperkirakan telah mencapai 5.000 hektar. Sebagian besar akan dipanen di tahun 2018.
“Pertanaman oleh importir sendiri turut menyumbang telah menyumbang 1.400 ha. Sejak Januari sampai dengan minggu ketiga Maret 2018, Kementerian Pertanian telah menerbitkan RIPH Bawang Putih kepada 45 perusahaan yang telah terverifikasi dan memenuhi wajib tanam 5% nya,” kata Prihasto. “Di tahun 2018, telah dialokasikan APBN untuk pengembangan kawasan bawang putih seluas 7.017 Ha yang tersebar di 79 Kabupaten,” tambahnya.
Untuk mengantisipasi dampak program swasembada ini terhadap harga jual ke konsumen pemerintah juga realistis. Menurut Prihasto, diperlukan dukungan dari hulu ke hilir terhadap petani, penangkar dan pelaku usaha bawang putih diharapkan dapat mengurangi beban biaya produksi sehingga harga jual masih sesuai dengan daya beli masyarakat. Selain itu, sebagai bentuk antisipasi dari harga tinggi, pemerintah bersama-sama tim Satgas Pangan akan berupaya untuk mengatur distribusi dan pemasarannya agar dapat meminimalisir adanya indikasi yang tidak diinginkan.
“Harga bawang putih lokal saat ini mencapai Rp. 25-30 ribu per kilogram. Bawang putih lokal terkenal dengan aroma yang sangat kuat hingga 5 kali lipat aroma bawang putih impor. Seiring dengan makin banyaknya panen, masyarakat diharapkan bisa beralih mengkonsumsi bawang putih lokal.” terang Prihasto. (Febe Prima/Yoni Alfiansyah)
Komentar Terbaru